Dewan Negara Cina berusaha melakukan pembatasan pembangunan gedung yang berarsitektur "kelewat besar, xenocentric dan aneh". Arsitektur "aneh" pertama kali muncul di Cina setelah liberalisasi ekonomi pada tahun 1990-an. Hari ini kita bisa melihat banyak sekali contohnya, termasuk Teater Nasional, Pusat Olimpiade dan China Central Television Tower. Secara visual, bangunan tersebut mencolok, menandakan masa transisi China dari ekonomi terencana ke ekonomi pasar, dan bangkit sebagai negara adidaya dunia.
Perencananya sebagian besar adalah arsitek selebriti dari barat, dimana disain karya mereka memberikan "efek Bilbao" pada lansekap China modern: contoh karya Frank Gehry pada Guggenheim Museum. Menjadi sinyal percepatan pertumbuhan ekonomi yang menarik investor asing, dan membantu Cina terintegrasi ke dalam ekonomi dunia.
Beberapa pihak berspekulasi bahwa larangan arsitektur "aneh" (pembatasan hanya pada bangunan publik) akan menyingkirkan ide-ide Barat dan melumpuhkan kreativitas. Sebenarnya, tidak sesederhana itu. Ini adalah upaya negara untuk menemukan kembali jalan menuju arsitektur Cina yang unik dengan mengandalkan bakat-bakat lokal.
Memoderasi Keanehan
Salah satu pertimbangan utamanya adalah keuntungan budaya yang ditawarkan oleh arsitektur tersebut berbiaya tinggi. Harian South China Morning Post di Hong Kong bahkan memuji kebijakan pemerintah Cina dengan menunjukkan bahwa kehadiran bangunan seperti ini justru kerugian besar bagi pembayar pajak di Cina.
Sekedar mengejar efek visual dengan bentuk arsitektur yang aneh, atau sekedar mengikuti jejak arsitek Barat, khususnya arsitek selebriti, malah menghasilkan bangunan yang tidak praktis dan tidak fungsional. Dalam skenario terburuk, saat bangunan bertemu kebutuhan masyarakat dan kota, terjadi bentrokan dengan tradisi dan budaya Cina. Pembangunan justru menghambur-hamburkan uang rakyat saja.
Tentu saja, fenomena arsitektur ‘aneh’ tidak cuma terjadi Cina: kasus serupa juga ditemukan di Barat. Dalam mengejar efek Bilbao, banyak provinsi di Spanyol berinvestasi untuk lokasi baru, contohnya kota Valencia sebagai Kota Seni dan Ilmu Pengetahuan. Sayangnya, layaknya kebiasaan masa lalu Spanyol yang terkenal suka menghamburkan uang, hal ini juga harus berakhir, krisis keuangan global berakibat pada kejatuhan ekonomi negara itu.
Justru, banyak lembaga di Barat memiliki peraturan yang melarang dan tidak menyetujui proyek yang dianggap terlalu aneh. Keuangan pemerintah dibuat transparan, dan tunduk pada pengawasan. Misalnya, saat London Millennium Dome menuai kritik karena dianggap biaya konstruksi dan pemeliharaannya terlalu tinggi, politisi dan kontraktor dimintai pertanggung jawaban.
Namun, di Cina, para pejabat bisa saja tidak tunduk pada batasan tersebut. Meskipun biaya pembangunan tidak rasional atau disain arsitekturnya aneh dan menjadi kontroversi, bisa saja disetujui dengan anggukan kepala seorang pejabat senior. Di Cina, orang-orang yang mengendalikan modal dalam negeri juga memegang kekuasaan politik. Sehingga disain arsitektur - yang idealnya diserahkan kepada pasar atau lembaga perencanaan perkotaan – justru berada di tangan mereka yang menjadi pejabat senior kota.
Hasilnya, proyek-proyek baru terlihat sebagai "gambaran kekuasaan" – simbol prestasi pejabat lokal agar 'lebih terlihat’ dimata masyarakat. Tujuannya untuk membantu mempertahankan karir politik mereka. Itulah sebabnya mengapa Presiden Xi Jinping mengatakan bahwa tren ini cerminan "sikap menyimpang beberapa pejabat kota dalam mengartikan 'prestasi politik". Dalam hal ini, ucapan presiden yang ditujukan pada arsitektur "aneh" tersebut, secara langsung berhubungan dengan kampanye presiden melawan korupsi.
Perencananya sebagian besar adalah arsitek selebriti dari barat, dimana disain karya mereka memberikan "efek Bilbao" pada lansekap China modern: contoh karya Frank Gehry pada Guggenheim Museum. Menjadi sinyal percepatan pertumbuhan ekonomi yang menarik investor asing, dan membantu Cina terintegrasi ke dalam ekonomi dunia.
Beberapa pihak berspekulasi bahwa larangan arsitektur "aneh" (pembatasan hanya pada bangunan publik) akan menyingkirkan ide-ide Barat dan melumpuhkan kreativitas. Sebenarnya, tidak sesederhana itu. Ini adalah upaya negara untuk menemukan kembali jalan menuju arsitektur Cina yang unik dengan mengandalkan bakat-bakat lokal.
Memoderasi Keanehan
Salah satu pertimbangan utamanya adalah keuntungan budaya yang ditawarkan oleh arsitektur tersebut berbiaya tinggi. Harian South China Morning Post di Hong Kong bahkan memuji kebijakan pemerintah Cina dengan menunjukkan bahwa kehadiran bangunan seperti ini justru kerugian besar bagi pembayar pajak di Cina.
Sekedar mengejar efek visual dengan bentuk arsitektur yang aneh, atau sekedar mengikuti jejak arsitek Barat, khususnya arsitek selebriti, malah menghasilkan bangunan yang tidak praktis dan tidak fungsional. Dalam skenario terburuk, saat bangunan bertemu kebutuhan masyarakat dan kota, terjadi bentrokan dengan tradisi dan budaya Cina. Pembangunan justru menghambur-hamburkan uang rakyat saja.
Tentu saja, fenomena arsitektur ‘aneh’ tidak cuma terjadi Cina: kasus serupa juga ditemukan di Barat. Dalam mengejar efek Bilbao, banyak provinsi di Spanyol berinvestasi untuk lokasi baru, contohnya kota Valencia sebagai Kota Seni dan Ilmu Pengetahuan. Sayangnya, layaknya kebiasaan masa lalu Spanyol yang terkenal suka menghamburkan uang, hal ini juga harus berakhir, krisis keuangan global berakibat pada kejatuhan ekonomi negara itu.
Justru, banyak lembaga di Barat memiliki peraturan yang melarang dan tidak menyetujui proyek yang dianggap terlalu aneh. Keuangan pemerintah dibuat transparan, dan tunduk pada pengawasan. Misalnya, saat London Millennium Dome menuai kritik karena dianggap biaya konstruksi dan pemeliharaannya terlalu tinggi, politisi dan kontraktor dimintai pertanggung jawaban.
Namun, di Cina, para pejabat bisa saja tidak tunduk pada batasan tersebut. Meskipun biaya pembangunan tidak rasional atau disain arsitekturnya aneh dan menjadi kontroversi, bisa saja disetujui dengan anggukan kepala seorang pejabat senior. Di Cina, orang-orang yang mengendalikan modal dalam negeri juga memegang kekuasaan politik. Sehingga disain arsitektur - yang idealnya diserahkan kepada pasar atau lembaga perencanaan perkotaan – justru berada di tangan mereka yang menjadi pejabat senior kota.
Hasilnya, proyek-proyek baru terlihat sebagai "gambaran kekuasaan" – simbol prestasi pejabat lokal agar 'lebih terlihat’ dimata masyarakat. Tujuannya untuk membantu mempertahankan karir politik mereka. Itulah sebabnya mengapa Presiden Xi Jinping mengatakan bahwa tren ini cerminan "sikap menyimpang beberapa pejabat kota dalam mengartikan 'prestasi politik". Dalam hal ini, ucapan presiden yang ditujukan pada arsitektur "aneh" tersebut, secara langsung berhubungan dengan kampanye presiden melawan korupsi.
Bicara Dalam Bahasa Lokal
Banyak kearifan lokal yang telah diabaikan arsitektur ini, "tidak berkarakter dan tidak mewakili budaya Cina". Oleh penduduk setempat, bangunan-bangunan tersebut justru diberi nama tidak menarik, mulai dari "Telur Raksana" (National Theatre), " Celana Dalam Raksasa " (CCTV Tower) dan "Celana Panjang" (Gate of the East, Suzhou).
Banyak kearifan lokal yang telah diabaikan arsitektur ini, "tidak berkarakter dan tidak mewakili budaya Cina". Oleh penduduk setempat, bangunan-bangunan tersebut justru diberi nama tidak menarik, mulai dari "Telur Raksana" (National Theatre), " Celana Dalam Raksasa " (CCTV Tower) dan "Celana Panjang" (Gate of the East, Suzhou).
Penduduk setempat tidak dapat disalahkan karena gagal memahami metafora konseptual para arsitek selebriti ini, kita justru dapat menyimpulkan bahwa julukan tersebut menunjukkan bagaimana bangunan arsitektur ‘aneh’ jauh dari gaya hidup penduduk Cina serta adat istiadat setempat. Bangunan-bangunan tersebut tidak berbicara dengan identitas penduduk lokal.
Menurut pedoman arsitektur yang baru dari Dewan Negara, bangunan harus "cocok, ekonomis, hijau, dan menyenangkan untuk dilihat". Ini kembali pada panduan yang pernah dikeluarkan oleh pemerintah pada tahun 1953 – bahwa arsitektur harus "praktis, ekonomis, dan menyenangkan untuk dilihat dalam kondisi memungkinkan".
Mungkin itulah keinginan politbiro agar pengikut arsitektur baru melihat seperti "shida Jianzhu" (sepuluh arsitektur besar) yang dibangun pada tahun 1950-an, yang sampai saat ini masih sangat dicintai oleh penduduk Beijing untuk gaya moderat dan mengekspresikan identitas Cina .
Jadi, pembatasan China pada arsitektur "aneh" tidak dirancang untuk menolak arsitek Barat atau menekan kreativitas. Sebaliknya, langkah-langkah ini merupakan usaha untuk mendorong kompetisi dan bakat lokal, bukan sekedar mengikuti jejak para arsitek selebriti dari Barat. Hal ini menunjukkan bahwa politbiro yakin terhadap ekonomi China yang telah berkembang selama beberapa dekade terakhir tanpa perlu menampilkan bangunan yang mencolok. Keluar dari situasi yang sempat booming itu, Cina mengambil kebijakan dengan pendekatan ekonomi, budaya, serta arsitektur yang lebih moderat. (Yue Zhuang | Feng Qing | theconversation)
>
Menurut pedoman arsitektur yang baru dari Dewan Negara, bangunan harus "cocok, ekonomis, hijau, dan menyenangkan untuk dilihat". Ini kembali pada panduan yang pernah dikeluarkan oleh pemerintah pada tahun 1953 – bahwa arsitektur harus "praktis, ekonomis, dan menyenangkan untuk dilihat dalam kondisi memungkinkan".
Mungkin itulah keinginan politbiro agar pengikut arsitektur baru melihat seperti "shida Jianzhu" (sepuluh arsitektur besar) yang dibangun pada tahun 1950-an, yang sampai saat ini masih sangat dicintai oleh penduduk Beijing untuk gaya moderat dan mengekspresikan identitas Cina .
Jadi, pembatasan China pada arsitektur "aneh" tidak dirancang untuk menolak arsitek Barat atau menekan kreativitas. Sebaliknya, langkah-langkah ini merupakan usaha untuk mendorong kompetisi dan bakat lokal, bukan sekedar mengikuti jejak para arsitek selebriti dari Barat. Hal ini menunjukkan bahwa politbiro yakin terhadap ekonomi China yang telah berkembang selama beberapa dekade terakhir tanpa perlu menampilkan bangunan yang mencolok. Keluar dari situasi yang sempat booming itu, Cina mengambil kebijakan dengan pendekatan ekonomi, budaya, serta arsitektur yang lebih moderat. (Yue Zhuang | Feng Qing | theconversation)
Categories:
Psikologi Arsitektur