Bukhara terletak di lembah sungai Zeravshan sekitar 200 km sebelah barat kota Samarkand.. Sebutan ‘Bukhara’ pertama kali kali terdengar sekitar abad ke tujuh, namun kota itu sendiri dipercaya lebih tua lagi. Masuknya bangsa Arab ke kota Bukhara diperkirakan terjadi tahun 674 M dan menaklukkan Bukhara sekitar tahun 739 M.
Selama abad kesembilan dan kesepuluh, kota Bukhara berada di bawah kekuasaan dinasti Samanid (Samani) dan sejak tahun 900 M, Bukhara menjadi ibukota provinsi Khurassan. Selama periode inilah kota berkembang menjadi salah satu pusat kebudayaan Islam yang terbesar.
Deskripsi kota Bukhara pada periode kekuasaan dinasti Samanid terdiri dari dua bagian utama yaitu benteng dan kota. Benteng dan kota terpisah oleh tembok yang terhampar di dataran tinggi, diantara keduanya terdapat sebuah masjid untuk jemaah.
Benteng mengelilingi kota sepanjang 1,5 km, didalamnya selain terdapat istana juga ada Masjid bagi penduduk kota yang dahulunya bekas kuil pagan. Kota Bukhara ukurannya kira-kira dua kali lebih besar dari ukuran benteng dan tertutup oleh tembok-tembok yang memiliki tujuh gerbang pintu masuk.
Total, seluruh wilayah kota dan benteng ditutupi tembok dengan sebelas gerbang (terlihat sampai 1938) karena selain tembok kota ada juga tembok luar yang menutupi desa-desa di sekitar kota untuk melindungi mereka dari serangan bangsa Nomad. Jejak tembok sampai saat ini masih terlihat.
Abad 10 Dinasti Samanid
Sedikit informasi arsitektur tersisa dari kota ini semasa pemerintahab dinasti Samanid kecuali makam abad kesepuluh yang dikenal sebagai makam Ismail Samanid. Ini merupakan contoh paling awal arsitektur makam Islam yang berbentuk ruang persegi dengan kubah dan bata dekoratif pada eksterior dan interiornya.
Sudut-sudut bangunan dibentuk oleh batu berbentuk silinder sementara sudut kubah ditandai oleh kubah kecil. Di tengah bangunan pada keempat sisi ada ceruk yang berfungsi sebagai pintu masuk yang menjadi fokus dekorasi.
Bentuk utama dekorasi adalah grup berisi tiga ubin mirip bata dengan potongan kecil dan datar yang diletakkan bergantian secara vertikal atau horisontal. Teknik lainnya adalah grup berisi tiga bata diletakkan secara horizontal dengan satu sudut mengarah keluar menghasilkan pola ‘dog-tooth’ (gigi taring).
Pola ‘dog-tooth’ (gigi taring) terutama terdapat pada lengkungan pintu gerbang yang juga dihiasi dengan terracotta yakni hiasan dari tanah liat yang tidak dikilapkan/glasir berbentuk kotak. Di bagian atas eksterior fasad ada ceruk kecil sebagai sumber cahaya interior.
Interior memiliki dekorasi mirip eksterior meskipun disini ubin diatur secara vertikal yang di ujungnya membentuk pola popok bayi. Sekeliling kubah dihiasi payet bergantian dengan lengkungan kisi-kisi cahaya untuk interior.
Kemunduran Arsitektur
Keruntuhan dinasti Samanid yang digantikan dinasti Kharakhanid pada akhir abad kesepuluh menyebabkan penurunan bertahap arsitektur kota Bukhara. Bahkan semakin merosot ketika bangsa Mongol melakukan invasi di abad ketiga belas yang menyebabkan kehancuran kota itu.
Hingga abad ke 15 keadaan tidak berubah. Baru kemudian di abad ke 16 sejak kedatangan bangsa Uzbek, kota tersebut pulih dan melakukan beberapa perbaikan. Saat ini hanya beberapa bangunan peninggalan periode Samanids dan Uzbek saja yang selamat meskipun ada beberapa bangunan penting dari abad kedua belas yang tersisa.
Peninggalan terkenal adalah Minaret Kaylan, sebuah menara besar dengan tinggi lebih dari 45 m dan dihiasi dengan pita bata dekoratif yang melingkar. Menara berbentuk silinder lonjong dengan silinder dengan muqarnas (relung berfungsi sebagai zona transisi atau dekorasi) yang menjorok mirip dengan bentuk menara peninggalan dinasti Seljuk di Iran yang dilingkari ubin dekoratif dibagian atas.
Pengaruh Seljuk abad kedua belas lainya adalah kuil Chasma Ayyub dengan kubah berbentuk kerucut. Beberapa bangunan peninggalan abad ke lima belas masih dapat dilihat termasuk madrasah Ulugh Beg yang dibangun pada tahun 1417.
Menara Masjid Kaylan, Bukhara
Sebagian yang tersisa dari bangunan bersejarah di Bukhara periode Uzbek adalah Madrasah Kukeldash di komplek Masjid dan Madrasah Divan Begi serta Masjid dan Madrasah Kaylan. Pengaruh bangunan Timurid pada bangunan-bangunan periode ini terlihat jelas pada ukuran dan desain.
Selama abad kesembilan dan kesepuluh, kota Bukhara berada di bawah kekuasaan dinasti Samanid (Samani) dan sejak tahun 900 M, Bukhara menjadi ibukota provinsi Khurassan. Selama periode inilah kota berkembang menjadi salah satu pusat kebudayaan Islam yang terbesar.
Deskripsi kota Bukhara pada periode kekuasaan dinasti Samanid terdiri dari dua bagian utama yaitu benteng dan kota. Benteng dan kota terpisah oleh tembok yang terhampar di dataran tinggi, diantara keduanya terdapat sebuah masjid untuk jemaah.
Benteng mengelilingi kota sepanjang 1,5 km, didalamnya selain terdapat istana juga ada Masjid bagi penduduk kota yang dahulunya bekas kuil pagan. Kota Bukhara ukurannya kira-kira dua kali lebih besar dari ukuran benteng dan tertutup oleh tembok-tembok yang memiliki tujuh gerbang pintu masuk.
Total, seluruh wilayah kota dan benteng ditutupi tembok dengan sebelas gerbang (terlihat sampai 1938) karena selain tembok kota ada juga tembok luar yang menutupi desa-desa di sekitar kota untuk melindungi mereka dari serangan bangsa Nomad. Jejak tembok sampai saat ini masih terlihat.
Abad 10 Dinasti Samanid
Sedikit informasi arsitektur tersisa dari kota ini semasa pemerintahab dinasti Samanid kecuali makam abad kesepuluh yang dikenal sebagai makam Ismail Samanid. Ini merupakan contoh paling awal arsitektur makam Islam yang berbentuk ruang persegi dengan kubah dan bata dekoratif pada eksterior dan interiornya.
Sudut-sudut bangunan dibentuk oleh batu berbentuk silinder sementara sudut kubah ditandai oleh kubah kecil. Di tengah bangunan pada keempat sisi ada ceruk yang berfungsi sebagai pintu masuk yang menjadi fokus dekorasi.
Bentuk utama dekorasi adalah grup berisi tiga ubin mirip bata dengan potongan kecil dan datar yang diletakkan bergantian secara vertikal atau horisontal. Teknik lainnya adalah grup berisi tiga bata diletakkan secara horizontal dengan satu sudut mengarah keluar menghasilkan pola ‘dog-tooth’ (gigi taring).
Pola ‘dog-tooth’ (gigi taring) terutama terdapat pada lengkungan pintu gerbang yang juga dihiasi dengan terracotta yakni hiasan dari tanah liat yang tidak dikilapkan/glasir berbentuk kotak. Di bagian atas eksterior fasad ada ceruk kecil sebagai sumber cahaya interior.
Interior memiliki dekorasi mirip eksterior meskipun disini ubin diatur secara vertikal yang di ujungnya membentuk pola popok bayi. Sekeliling kubah dihiasi payet bergantian dengan lengkungan kisi-kisi cahaya untuk interior.
Kemunduran Arsitektur
Keruntuhan dinasti Samanid yang digantikan dinasti Kharakhanid pada akhir abad kesepuluh menyebabkan penurunan bertahap arsitektur kota Bukhara. Bahkan semakin merosot ketika bangsa Mongol melakukan invasi di abad ketiga belas yang menyebabkan kehancuran kota itu.
Hingga abad ke 15 keadaan tidak berubah. Baru kemudian di abad ke 16 sejak kedatangan bangsa Uzbek, kota tersebut pulih dan melakukan beberapa perbaikan. Saat ini hanya beberapa bangunan peninggalan periode Samanids dan Uzbek saja yang selamat meskipun ada beberapa bangunan penting dari abad kedua belas yang tersisa.
Peninggalan terkenal adalah Minaret Kaylan, sebuah menara besar dengan tinggi lebih dari 45 m dan dihiasi dengan pita bata dekoratif yang melingkar. Menara berbentuk silinder lonjong dengan silinder dengan muqarnas (relung berfungsi sebagai zona transisi atau dekorasi) yang menjorok mirip dengan bentuk menara peninggalan dinasti Seljuk di Iran yang dilingkari ubin dekoratif dibagian atas.
Pengaruh Seljuk abad kedua belas lainya adalah kuil Chasma Ayyub dengan kubah berbentuk kerucut. Beberapa bangunan peninggalan abad ke lima belas masih dapat dilihat termasuk madrasah Ulugh Beg yang dibangun pada tahun 1417.
Menara Masjid Kaylan, Bukhara
Sebagian yang tersisa dari bangunan bersejarah di Bukhara periode Uzbek adalah Madrasah Kukeldash di komplek Masjid dan Madrasah Divan Begi serta Masjid dan Madrasah Kaylan. Pengaruh bangunan Timurid pada bangunan-bangunan periode ini terlihat jelas pada ukuran dan desain.
Aspek lain dari periode ini adalah pengelompokan bangunan yang mengelilingi focal point (focus arsitektur) atau lapanganseperti pada Lyabi Hauz atau Poi Kaylan.
Madrasah Kukeldash berukuran 60m hingga 80 m dan merupakan madrasah terbesar di Asia Tengah meskipun dekorasinya mengejutkan.
Masjid dan Madrasah Divan Begi juga mengesankan dengan pishtaq (portal menuju fasad bangunan) yang tinggi sebagai entrance dan diapit menara kembar. Masjid terbesar di kota ini adalah Masjid Kaylan dibangun pada abad keenam belas dengan menara abad kedua belas yang berdiri di dekatnya.
Pintu masuk ke masjid melalui ‘iwan’ atau ‘pishtaq’ (bahasa Iran untuk istilah portal yang dibangun guna memproyeksikan fasad bangunan) yang besar dengan dekorasi ubin kaca biru diselubungi motif bunga-bunga kuning dan bintang pirus. Dalam masjid terdapat halaman yang besar. Di ujung selatan-barat lain adalah ‘iwan’ besar yang mengarah ke ruang berkubah menutupi mihrab.
Selama abad kedelapan belas tidak ada arsitektur monumental yang didirikan penguasa Uzbek, mereka cenderung menuju bentuk arsitektur yang lebih sederhana terinspirasi oleh Saffavid di Iran. Salah satu contoh terbaik dari gaya ini adalah Masjid-i Jami seberang Bola Hauz .
Referensi : islamic-arts
Foto : visit-uzbekistan & BBC
>
Madrasah Kukeldash berukuran 60m hingga 80 m dan merupakan madrasah terbesar di Asia Tengah meskipun dekorasinya mengejutkan.
Masjid dan Madrasah Divan Begi juga mengesankan dengan pishtaq (portal menuju fasad bangunan) yang tinggi sebagai entrance dan diapit menara kembar. Masjid terbesar di kota ini adalah Masjid Kaylan dibangun pada abad keenam belas dengan menara abad kedua belas yang berdiri di dekatnya.
Pintu masuk ke masjid melalui ‘iwan’ atau ‘pishtaq’ (bahasa Iran untuk istilah portal yang dibangun guna memproyeksikan fasad bangunan) yang besar dengan dekorasi ubin kaca biru diselubungi motif bunga-bunga kuning dan bintang pirus. Dalam masjid terdapat halaman yang besar. Di ujung selatan-barat lain adalah ‘iwan’ besar yang mengarah ke ruang berkubah menutupi mihrab.
Selama abad kedelapan belas tidak ada arsitektur monumental yang didirikan penguasa Uzbek, mereka cenderung menuju bentuk arsitektur yang lebih sederhana terinspirasi oleh Saffavid di Iran. Salah satu contoh terbaik dari gaya ini adalah Masjid-i Jami seberang Bola Hauz .
Referensi : islamic-arts
Foto : visit-uzbekistan & BBC
Categories:
Ancient